Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

TIGA TAHUN LALU

Tiga tahun lalu dihari ini, Sebuah ilusi menjelma parodi Menggelitik hati, ketika semua bayang itu kembali menggelapkan diri. Tiga tahun lalu dihari ini, Sebuah harsa nyaris menghilangkan ikatan pertemanan. Oh maaf- lara maksudnya, bukan harsa. Tiga tahun lalu dihari ini, Adalah kebodohan dengan alibi 'pintas alur kehidupan'.

PUSAKA JEJAK

Kembali kutelusuri memori lalu Berkelana dalam museum prakarsa Membuatku mengenang masa itu Saat harsa masih menjadi milik kita Kutemukan prasasti bertuliskan puisi Yang kau ukir untukku tempo hari Terbesit sesak dalam hati Kala waktu membawaku pergi tanpa arti Kutatap sebuah grafik Bernuansa seni klasik Namun menyimpan pelik Mengingat kita berakhir tanpa titik Di ruang pusaka ini Kucoba menghapus semua jejak yang ada Mencari celah 'tuk hentikan rotasi Hingga tak ada lagi kata "KITA"

SABDA ALAM

Daratan berhias sampah Manusia tak gundah Lautan kurang bertumbu karang  Manusia tak bimbang Perhutanan kritis tumbang  Dimanfaatkan oknum curang Pertambangan hilang status Dikendalikan oknum rakus Siapa peduli? Bila paru-paru dunia tak lagi berfungsi Bila tanah tak lagi menampung air Bila kutub beku luruh mencair Selaksa penegasan Sang Kuasa Bak bencana sebagai bukti nyata Alam pun turut murka Atas perlakuan pemijaknya

MUJAHIDAH DAKWAH

Daksa berhias akhlak mulia Atma laksana mutiara Petuahnya memadamkan anala Menjauhkan dari nestapa Pikiran terbawa aksa Tak lagi perihal buana Hayat melantan agama Hingga syahid dijelangnya Binar semangat menyerukan bahagia Merangkai istana di Surga Berbulan meronta Tanpa mala Menjalin ukhuwah Islamiyah Berjuang menjadi Al-Mar'atus Shalihah Adalah sebuah perjalanan indah 'tuk menggapai titik Mujahidah Dakwah

JIWA PERKASA

Kepadamu yang terbelenggu pilu Lalu kemudian terjebak harap semu Tertikam belati ragu Bersama luka yang kian membiru Lepaslah genggam sembilu Padamkan anala yang berkobar Raihlah kepingan mimpimu Dengan segenap asa yang berkibar Walau kadang air mata tak jua terhapus Meratapi masa yang telah pupus Perihal ambisi dilangit Yang kini sirna dan pahit Daksamu sungguh hebat Sembunyikan sendu yang teramat Atmamu sungguh kuat Menahan hujan yang pernah tersemat Ini saatnya kmbali bangkit Memulai kembali yang sempat dirakit Tebarkan bahagia pada semesta Duhai jiwa-jiwa perkasa

GUGURNYA DEDAUNAN

Ketika angin bersenandung riuh Menjelma jiwa-jiwa rapuh Dibawanya jatuh Menuju nanar tanah yang tak utuh Pilu, katanya Ranting sebagai peluh asa Dibiarkannya layu Tanpa melirik tiap tatap sayu Pada kokohnya batang Bak tiang-tiang Dipaksanya tumbang Tanpa bersisakan riang Semi kesekian kali Bermusim dipelataran hati Menjamu dedaunan usang Berguguran 'tuk dikenang

HILANG

Jarak menghunjam kita Tak lagi dimensi yang sama Sesak hadir dengan luka tertata Rindu menjerat tanpa sua Ingatan lalu Yang kupaksa berlalu Hilang dalam memori berdebu Hening mendayu di ritme waktu Bait-bait malam Menyiratkan kekosongan mendalam Berpadu hujan Menyempurnakan kedukaan Tuan, Kembalilah pulang Sebagian duniaku terasa hilang Sepi menyerang

DUKA MALAM

Tirai-tirai melerai pertikaian Menembus angin  Menghempas sedu sedan Menyeruak rangkap yang terjalin Di atas meja Pena enggan menjamah Secarik kertas Di dalam raga Logika enggan mengungkap Kata Pada jiwa Sebuah rasa Tak bertemu pemiliknya Purnama bersembunyi Memainkan teka-teki Berbalik melampaui Untai imaji